Sabtu, 29 Oktober 2011

Our Life: ABG's Life #Chapter Seventeen


_Perdamaian: Jalan Terbaik_
       “Sweety, mana Bima?” tanya Papa di tengah sarapanku.
           “Belum bangun, Pa. Susah banget bangunnya.” Jawabku, meneruskan sarapanku.
           “Abangmu itu.. Sejak lahir sampe segede ini, sampe SMA, kok ya masih suka kesiangan aja.. Papa sampai bingung, kehabisan cara.” Ujar Papa.
           “Yaaa, habis ini Nesya bangunin deh, Pa. Ini masih pagi, kok. Sekolah kan deket. Palingan 5 menit nyampe.” Jawabku santai.
           Setelah ku habiskan sarapanku, aku menaiki satu-persatu anak tangga. Menuju kamar Bima yang berada di lantai 2, bersebelahan dengan kamarku.
           Ku ketuk pintu kamarnya.
           “Bang… Bang…” panggilku.
           Hmm, terpaksa… Di dalam lingkungan rumah, aku harus memanggilnya “Abang”. Yaaah, ntar di sekolah ya panggil biasa lagi.
           Tak ada jawaban.
           Ku buka pintu kamarnya. Nggak dikunci.
           Ia masih terlelap di kasurnya, mendengkur pelan.
           “Bang… Wooy, banguun!” seruku, mengguncang-guncangkan tubuhnya.
           Tak bergeming sedikitpun.
           “Masya Allah, ini anak. Susah banget bangunnya. Udah gede juga.” Gerutuku.
           Kehabisan cara, ku ambil segayung air di kamar mandi. Lantas, ku siramkan kepadanya. Masa bodoh, mau kasurnya basah, mau kamarnya banjir, yang penting dia bisa bangun.
           Dan benar saja, Bima bangun.
           “Apaan sih? Main siram aja!” serunya, jengkel.
           “Helllooooowww, kita udah es em a! Bangun aja susahnya minta ampun. Kamu mau, setiap pagi dibangunin dengan cara ini?” omelku.
           “Aaaaah..” erangnya, mengibaskan tangan kanannya. Lantas beranjak menuju kamar mandi.
***
           “Abaaaaaaaaang!” seruku.
           Aku sudah siap. Seragam putih abu-abu sudah melekat. Sepatu sudah. Tas sudah. Jilbab juga sudah.
           Bima? Turun aja belum.
           “Apaaaaa?” sahutnya dari atas.
           “Masih mandi?” seruku.
           “Nggaaaak, masih ganti bajuu!” pekiknya.
           “Cepetan, Baaaaaaang! 15 menit lagiiii!” pekikku, tak kalah keras.
           “Nyantai aja, napa?” sahutnya cuek, menuruni tangga dengan santai.
           Lantas ia bersiap-siap sarapan.
           “Eeeeh, makan roti sama susu aja, deeh! Tuh, liat jamnya!” pekikku.
           Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB.
           15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.
           Ini hari pertama kami. Bukan MOS. Kami tidak mengikuti MOS karena terserang cacar air.
           Kami pun melenggang cepat menuju SMA 1 Surabaya. Sekolah baru kami.
           Kami berpapasan dengan Yudha-Mike di jalan. Mereka bersekolah di SMA 2 Surabaya, berada tepat di sebelah sekolah kami. Kami berempat pun melenggang bersama dengan tergesa-gesa.
***
           Jam istirahat.
          Yudha dan Mike beristirahat di sekolah kami.
          Kami berempat berkumpul di kantin.
          Tiba-tiba, Dea cs serta Akbar datang menghampiri kami. Mereka semua bersekolah di SMA 2.
          “Ada apa?” tanyaku garang.
          “Cha.. kita.. mau minta maaf sama kamu.. Kita berlima… mau jadi sahabat kalian… Boleh?” tanya Dea, mewakili mereka berlima.
          “Boleh, asalkan kalian janji nggak bakalan lagi cari gara-gara.” Jawab Yudha.
          “Kita janji.” Akbar, mewakili.
          Setelah berpikir agak panjang, kami berempat mengangguk.
          “Tapi.. kita nggak bisa kasih kalian julukan. Nggak papa?” tanyaku.
          Mereka berlima mengangguk.
          “A Be Geee…” Bima mendahului.
          Mike.
          Aku.
          Yudha.
          Akbar.
          Dea.
          Tita.
          Nina.
          Dan.. Donna.
          “Selamanyaa!” menghempaskan tumpukan tangan.
          Lantas bertukar pandangan. Tersenyum.
***
          “Ndra… Nad… Mereka anggota baru ABG… Tapi kita janji, kita nggak akan pernah ngelupain kalian. Kalian akan selalu ada di hati kita..” jelasku, di depan makam Indra dan Nadya. Semoga mereka mendengarnya. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar