_Anak Basket Gila Tambah Anggota_
“Yaah, karena Akbar semakin menjadi-jadi, aku minta tuker tempat duduk sama Gea, dia kan naksir Akbar.. So, aku sama Indra sekarang temen sebangku…” ku akhiri cerita panjangku.
“Oke, Bro.!” sontak Bima_Yudha_Mike memeluk Indra dengan pelukan khas lelaki.
“Aku traktir kalian ini, ada maksudnya…” lanjutku, setelah mereka berempat selesai berpelukan.
Kulihat raut muka keempatnya terlihat bingung.
“Hmm, maksud aku,. Aku pengen nambahin Indra jadi anggota Anak Basket Gila.. boleh, nggak?” jelasku perlahan, takut-takut.
“Tapi Cha, aku kan bukan anak basket..” elak Indra.
Ku lirik Bima_Mike_Yudha. Mereka bertiga mengangguk perlahan. Yes, pertanda bahwa mereka setuju jika Indra menjadi anggota baru di Anak Basket Gila.
“Hm? Kamu tadi ngomong apa, Ndra? Sorry kita enggak konsen.” Bima angkat suara.
“Tapii, aku kan bukan anak basket..” ulang Indra.
“Nggak papa kok, Ndra. Namanya emang Anak Basket Gila, tapi bukan berarti harus anak basket yang jadi anggotanya…. Lagian, kamu bisa basket, kan ? Kenapa nggak ikut tim basket aja?” Yudha yang kali ini angkat bicara, mewakili kami bertiga.
Dan kata-kata yang ditujukannya pada Indra memang benar-benar mewakili penjelasan dari kami bertiga.
“Iya, Ndra. Kamu coba aja masuk ke tim basket, sekalian gantiin Akbar. Aku bener-bener muak se-tim basket sama dia.” Yudha meluapkan kesebelannya. Indra tertunduk, terdiam.
“Cha, Bim, Yudh, Mike, makasih banyak udah ajak aku ke Anak Basket Gila. Aku enggak nolak, malahan aku seneng banget. Tapi sorry, aku enggak mau nyakitin Akbar. Dia temen aku sejak SD, aku emang nggak deket sama dia, tapi aku nggak mau nyakitin siapa pun.”
Setelah terdiam sekian lama, Indra angkat suara. Ku telan ludahku. Indra bener-bener suci, bener-bener baik.. aku bener-bener tersentuh sama apa yang dia bilang.
“Kamu baik banget, Ndra. Tapi maksud kita nggak gitu. Kita nggak ada maksud buat nyakitin Akbar, kita pengen dia ngerasain gimana rasanya dikhianatin sahabat sendiri. Tapi beneran Ndra, nggak ada maksud kaya gitu. Kamu jangan negative thinking dulu..” jelasku.
“Oh iya, julukan buat Indra apa?” tanya Bima memecah keseriusan yang terjadi di antara kami berlima.
“Julukan apaan?” Indra masih belum ngerti.
“Kenalin, Ndra. Di ABG, gu—aku bukan Echa, aku MotCu, Si Lemot Cuek.” Perkenalan kali ini ku awali dengan menjabat tangan Indra.
“Aku Tikus, Si Tinggi Rakus.”
“Aku Bepil, Si Belagu tapi Ideal.”
“Aku Piton, Si Pinter tapi O’on..” Yudha mengakhiri perkenalan kami.
Indra tertawa dengan keras meskipun sudah berusaha ditutup dengan kedua tangannya.
“Hahaha, ada-ada aja kalian ini. Echa, aku baru tau kalo kamu Lemot. Bima, aku baru tau kamu itu Rakus. Mike, ternyata kamu belagu, ya. Dan, Yudh, kamu ternyata oon.” ujar Indra, masih menahan tawanya.
Raut wajahnya terlihat benar-benar bahagia.
“Gimana, Ndra? Kamu seneng kan , disini? Bareng kita?” tanyaku.
“Seneng.! Banget, banget, banget!” jawab Indra sumringah.
“Bentar ya Ndra, kita berempat mau rapat. Mau bikin julukan buat kamu. Tunggu bentar, ya.” Bima meminta ijin kepada Indra.
Indra pun mengangguk.
Mike: “Enaknya julukan buat Indra apa, nih?”
Yudha: “Aku belum terlalu kenal dia.”
Bima: “Aku belum tau sifat dia.”
Aku: “Gimana kalo.. Radum?”
Yudha_Mike_Bima: “Apaan?”
Aku: “Radum,. Ramah dan Murah Senyum.. Deal?”
Yudha_Bima_Mike: “DEAL!”
Aku: “A Be Geeee” (meletakkan punggung tangan)
All: ANAK BASKET GILAAA! (menghentakkan tumpukan punggung tangan)
“Udah, Ndra. Kita udah ketemu nama julukan buat kamu.” jelas Bima.
“Iya? Apa?” tanya Indra semangat.
“RADUM.” jawab Mike bangga.
“Hahaha, unik banget.. Apaan, tuh?” Indra semakin semangat.
Lucu melihat wajahnya seperti itu. Selama ini, di kelas, ku lihat dia anak yang pendiam, ternyata TIDAK.
“Ramah dan Murah Senyum.” Jelasku.
“Loh? Kok ramah? Murah senyum? Aku enggak gitu, ah.” Indra merendah.
“Sepanjang sejarah ABG, belum pernah ada yang MERENDAH. Karena kita semua NARSIS JAYAAA.!” Pekikku, tertawa keras.
“Iya, Ndra. Di sini, nggak boleh merendah. Tapi kalo narsis, WAJIB! Hehehe…” Bima menanggapi leluconku.
Indra pun menanggapinya dengan tertawa pelan dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Oh iya, kamu belum tau ‘yel-yel’ ABG.”
Ku kerlingkan mataku ke arah Yudha_Bima_Mike. Mereka mengacungkan ibu jarinya. Indra mengernyitkan dahinya. Diangkatlah pundaknya, menandakan bahwa ia ingin mengetahuinya.
“A Be Gee…” kali ini Yudha yang lebih dulu meletakkan punggung tangannya. Bima, disusul Mike, dan terakhir aku.
“ANAK BASKET GILA!” pekik kami keras seraya menghempaskan tumpukan punggung tangan kami.
Kantin sontak ramai oleh polah ABG. Banyak teman-teman kelas 7 lainnya, para kakak kelas maupun guru-guru yang melihat kami dengan sedikit tertawa. Meskipun ada juga yang melihat kami dengan tatapan aneh. Ralat, bukan tatapannya yang aneh, tapi ABG-nya yang aneh. Hehe..
“Sst, let’s see, kita jadi pusat perhatian.” Bisik Indra pelan, terkikik pula.
“Bodo amaaat..” sahutku cuek.
“Yaelah, Motcu.. Cueknya kumat..” dengan malasnya, Yudha berujar.
“Attention, Attention…!” tak disangka, tiba-tiba Bima angkat suara kepada seluruh penghuni kantin.
Sontak hampir seluruh kepala dan batang hidungnya menoleh ke arah kami berem—berlima. Apalagi Fans Gila Bima yang kebetulan berada di kantin.
“Semuanya, kenalin… Kita berlima—yang dari tadi bikin ribut—itu ABG, Anak Basket Gila.. Inget ya, Anak Basket Gila, bukan Anak Baru Gede, karena kita bener-bener BELUM GEDE.” Jelas Mike dengan sedikit belagu.
Ia memang sering berbicara dengan mengangkat dagunya, terlihat sedikit tidak sopan dan sombong.
“Pil, dagu kamu. Turunin. Jangan belagu. Inget, jangan belagu.” Bisikku pelan, yang tepat berada di sampingnya.
Kami—anggota ABG—berjanji untuk saling membantu. Apalagi dalam hal memperbaiki kekurangan masing-masing.
“Astaghfirullah.” Ucapan istighfar pun terucap dari bibir yang telah digunakannya selama 13 tahun ini.
Sontak ia pun langsung menurunkan dagunya, meskipun tidak sampai membuatnya menunduk.
“Guyz, udah jam segini nih. Balik yok.” Ajak Yudha.
Ku lihat pergelangan tangan kananku—yang tentunya diligkari sebuah jam tangan—. Pukul 10.15 WIB. Masih ada 15 menit lagi waktu untuk beristirahat.
“Balik? Ke kelas, Ton?” tanyaku, heran.
“Nggak. Ke kamar mayat. Ya iyalah, ke kelaas..” jawabnya sebal.
“Ih, ngapain Ton? Masih jam segini, lagii..” Bima juga terheran-heran.
“Yaelah, Kus…. Kurang 15 menitt..” dengan tetep bersikukuh, Yudha memaksa kami untuk segera kembali ke kelas.
“Kamu disiplin banget sih, Yudh? Subhanallah…” bertasbihlah bibir Mike, meskipun dia muallaf dan baru masuk islam 2 tahun yang lalu, saat ia masih duduk di bangku kelas 5 SD.
“Kalian nggak mau balik, nih? Ya udah, aku balik sendiri aja.” Yudha beranjak meninggalkan kami dengan malas.
“Eh, eh, Ton!” pekik Indra keras seraya menahan pergelangan tangan kiri Yudha, membuat kami ikut tersentak.
Sontak, “Piton” pun menoleh.
“Guyz, nggak bisa gitu dong. Kita berlima kan harus kompak. Balik satu balik semua. Ngambek satu ngambek semua. Eh, jangan ding kalo yang ini, hehe.. Kalo Piton mau balik sekarang, kenapa nggak, coba? Kedisiplinan dia bisa nular ke kita juga, kan ? Kita beruntung juga, kan ? Hayoo..” Indra berujar, bijak.
“Wah Bro, gu—aku enggak nyangka kamu anaknya arif nan bijaksana banget (ceilah, bahasanyaa).. Nggak nyesel deh, aku ajakin kamu jadi anggota baru di ABG. Baru ikutan sehari aja udah kasih beberapa kesadaran ke kita berempat. Selama ini kan, kita berempat enggak ada yang sadar. Sarap semua, hehehe…” celetukku seraya menepuk pundak Indra.
Yudha_Bima_Mike mengacungkan jempolnya tanda setuju.
“Tapi bener juga kata Radum.. Tapi sebelum kita balik ke kelas, gimana kalo..” Bima menyahut.
“A Be Ge..” lanjut Mike dan meletakkan punggung tangannya di tumpukan pertama.
Yudha, Bima, Aku, dan yang terakhir, anggota baru kami: Indra.
“ANAK BASKET GILA!” serentak kami berseru keras dan menghempaskan tumpukan punggung tangan kami.
Kami pun berjalan beriringan seraya saling berangkulan. Indahnya persahabatan…
Namun ternyata di balik kebahagiaan kami, ada sepasang bola mata yang sejak tadi mengawasi kami dan berpikir untuk menghancurkan kami.
“Posisiku nggak semudah itu digantikan sama anak kaya INDRA.” Si ‘empunya’ mata angkat suara.
Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar