_Dua_
“Ilham nggak mau ke Rumah Sakit, Bundaa! Ilham nggak mau disuntiik!” Ilham kecil menjerit-jerit di dalam mobil. Mobil berhenti di tempat parkir sebuah Rumah Sakit ternama di Surabaya.
“Nggak, Sayang.. Ilham cuma diperiksa sama ‘Om’ atau ‘Tante’nya… Nanti kalau ada yang berani suntik Ilham, Bunda hajar! Seperti Power Rangers menghajar musuhnya!” ujar Bu Nur, membahas super hero kesukaan Ilham. Ilham pun terbujuk mendengar kata “Power Rangers”.
“Bunda bisa berubah?” tanya Ilham lugu. Secara logis, memang pertanyaannya itu benar. Ia bertanya apakah Bundanya ‘bisa berubah’, karena selama ini ia melihat Power Rangers berubah dulu ketika akan melawan musuhnya..
Bu Nur tergelak. “Nggak, Sayang. Tapi Bunda janji, Ilham nggak bakal disuntik.” Beliau berjanji, lantas menggiring anak semata wayangnya memasuki Rumah Sakit tersebut.
Bu Nur beserta Pak Harris tersenyum melihat keceriaan Ilham kembali. Mereka berdua berdoa semoga tidak terjadi hal buruk yang menimpa Ilham kecil.
Ilham diperiksa sebentar oleh Pak Widi, Dokter Anak di Rumah Sakit tersebut.
“Ilham tidak apa-apa Bu, Pak.. Ilham Demam. Anak seumurannya memang banyak yang terserang demam..” jelas Pak Widi. “Ilham suka main bola, ya?” lantas beliau bertanya pada Ilham yang terduduk manis di pangkuan Bundanya.
“Iyaa..” jawab Ilham lucu. Matanya berbinar-binar indah. Membuat gemas semua orang yang melihatnya.
“Oh, pantes..” gumam Pak Widi pelan.
“Ilham.. Ilham mau sembuh, nggak? Ilham mau main bola lagi, nggak? Ilham mau nggak pusing lagi?” tawar Pak Widi.
“Iya, iya.. Ilham mau..” dengan semangat, Ilham mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Kalau Ilham mau sehat kembali, Ilham minum obat ya, Nak?” ujar Pak Widi lagi.
“Mmm… Kalau Ilham mau sembuh, harus minum obat ya?” tanyanya ragu.
“Iya dong, Nak… Gimana bisa sembuh kalau Ilham nggak minum obat?” jawab Pak Widi.
“Nggak ada cara lain?” tanya Ilham takut-takut.
Pak Widi menggeleng, membuat Ilham kecewa. “Ilham mau sembuh, nggak?” tanya Pak Widi.
Dengan berat hati, Ilham kecil pun mengangguk. “Iya, Pak. Ilham mau sembuh.” Jawabnya mantap.
“Ilham hebat.” Puji Pak Widi, lantas mengusap-usap rambut cepak pasiennya tersebut.
“Pak, tapi obatnya nggak banyak, kan?” tanya Ilham takut-takut.
“Nggak Sayang, obatnya cuma satu. Tapi, minumnya sehari 3 kali ya.. Trus, obat ini diminum sampai habis.. Kalau obatnya sudah habis, tapi Ilham belum sembuh, Ilham kesini lagi ya?” jawab Pak Widi lembut.
Ilham mengangguk-angguk. Ia senang, karena obat yang harus diminumnya tidak banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar